Sabtu, 09 November 2019

Kenapa Filsafat?

Untuk apa sejatinya manusia hidup? Pertanyaan mendasar yang menjadi pertanyaan para filsuf semenjak filsafat pertama kali disentuh oleh manusia. Pertanyaan yang demikian lah yang menjadikan filsafat terus berkembang dan ada sampai hari ini. Mendasar dan sangat menyentuh kemanusiaan.
Bila bepegang pada pemikiran Aristoteles mengenai sebab adanya sebuah objek, kehidupan manusia tidak mungkin ada bila alam ini tidak ada.  Alam membutuhkan manusia untuk terus ada, maka manusia muncul di dunia sebagai pelindung alam. Maka manusia dan alam memiliki hubungan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Dari sinilah muncul tanggung jawab besar yang diemban manusia untuk menjaga alam dan lingkungan.
Bila alam memiliki pelindung dan menjadi sebab dari munculnya sebuah substansi bernama manusia, maka manusia yang adalah sebuah substansi memiliki dampak sebagai akibat dari eksistensinya. Manusia yang dikaruniai kehendak inilah yang di kemudian hari melahirkan substansi baru yang kelahirannya berdampak pada dunia secara luas dan dalam segala dimensi kehidupan. Substansi itu tidak lain adalah filsafat. Filsafat lahir karena ketidaktenangan manusia akan sesuatu yang mengusik hidupnya yaitu ketidaktahuan. Alam terancam dengan kepunahan yang disebabkan oleh dirinya sendiri, manusia juga diancam oleh kepunahan sebagai dampak dari eksistensinya sendiri yaitu ketidaktahuan. Ketidaktahuan ini mengusik hati para filsuf layaknya Socrates yang kemudian melawan ketidaktahuan itu dan melepaskan diri dari ancaman kepunahan.
Maka berfilsafat adalah jawaban untuk melindungi manusia dari kepunahan. Bukan kepunahan secara biologis saja yang dapat dicegah oleh filsafat, tapi juga kepunahan jiwa secara permanen dapat dicegah melalui filsafat.
Bagaimana mungkin filsafat menghidarkan manusia dari bahaya kepunahan itu? Seberapa efektifkah filsafat untuk itu? Apakah relevan dengan masa kini? Pertanyaan itu akan kita jawab bersama dalam tulisan berikutnya. Kita akan belajar bersama dengan cara mudah untuk mencintai kebenaran; mencintai filsafat.